Tuesday, August 25, 2020

Tes Potensi Akademik Bappenas

Tes Potensi Akademik Bappenas

 


SEJARAH

Organisasi penyedia layanan Tes Potensi Akademik (TPA), berkembang dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan penggunaan dan pengguna alat tes itu sendiri. Sebagai alat tes, TPA pertama kali dikembangkan bersamaan dengan berdirinya Overseas Training Office(OTO) di Bappenas pada tahun 1984. Tugas OTO Bappenas pada waktu itu adalah mengelola dan mengkoordinasikan dana hibah luar negeri untuk peningkatan SDM khususnya PNS melalui program beasiswa S2 dan S3 luar negeri. Mengingat besarnya calon peserta dan tuntutan akan adanya kredibilitas untuk memilih calon peserta serta untuk menjamin keberhasilan penyelesaian studi peserta program yang diselenggarakan OTO Bappenas, dikembangkan suatu alat seleksi sejenis advanced level scholastic aptitude test (SAT) yang telah diterapkan secara luas di Amerika Serikat, dalam bahasa Indonesia. Konsep TPA dirancang mengikuti model Graduate Record Examination Aptitude Test (GRE) yang telah diterapkan secara luas di Amerika Serikat. Keputusan ini diambil karena sebagian besar calon mahasiswa dikirm ke universitas di Amerika Serikat yang menuntut calon lolos saringan GRE. Disamping itu, penelitian di Amerika Serikat menunjukan angka total GRE lebih valid dibanding indeks prestasi undergraduate sebagai alat prediksi keberhasilan dalam pendidikan pascasarjana. Dari pelaksanaan tes pertama tersebut ternyata mendapat sambutan positif dari departemen dan lembaga non departemen yang menyatakan bahwa TPA sangat sesuai digunakan sebagai salah satu alat seleksi bagi calon peserta program S2 dan S3 luar negeri. Dari analisis item soal-soal TPA menunjukan bahwa validitas dan reliabilitas TPA cukup tinggi. Untuk menjaga kualitas dan kredibilitas TPA, Koperasi Bappenas secara periodik bekerjasama dengan konsultan dan lembaga, baik dari dalam maupun luar negeri, dalam pengembangan TPA. Selain itu, OTO Bappenas juga terus memperbaiki sistem pendaftaran, pengadaan bahan, pelaksanaan tes, penilaian (skoring), dan penyampaian hasil kepada peserta. Pada perkembangan selanjutnya, TPA tidak hanya digunakan sebagai alat seleksi untuk program beasiswa S2 dan S3 luar negeri saja, namun juga digunakan sebagai alat seleksi penerimaan mahasiswa program S2 dan S3 oleh sebagian besar perguruan tinggi negeri dan swasta. Selain itu TPA juga kemudian dipergunakan sebagai alat seleksi penerimaan pegawai baru dan mutasi/promosi jabatan oleh departemen/lembaga non departemen di pusat dan daerah, BUMN/BUMD dan perusahaan swasta. Sebagai organisasi penyedia layanan, OTO Bappenas sebagai penyedia layanan di bawah lembaga pemerintah, sekarang telah diganti oleh lembaga berbadan hukum independen: Koperasi Pegawai Bappenas atau disebut juga dengan nama Koperasi Perencanaan. Koperasi Perencanaan memiliki unit khusus yang melayani permintaan penyelenggaraan TPA dan tes lain-lainya, yakni: Unit Usaha Otonom Penyelenggaraan Tes (UUO PT).

 

Guna TPA

TPA merupakan tes psikologi yang digunakan untuk mengukur kegesitan mental seseorang ketika berurusan dengan objek kata (verbal), angka (numeris) dan gambar (figural). Secara psikologi dipercaya bahwa terdapat batas minimal tingkat kegesitan mental yang harus dimiliki seseorang sehingga ia berpeluang-besar berhasil menangani masalah yang bersifat intelektual. Karena itulah, TPA kerap dipergunakan dalam penyeleksian mahasiswa baru dan penyeleksian karyawan atau pegawai baru, bahkan untuk penyeleksian pimpinan suatu institusi negeri/swasta. TPA digunakan dalam SMNPTN untuk S1 sejak tahun 2009 dan digunakan dalam SNMPTN tertulis untuk S1 sejak tahun 2012. Selain digunakan dalam penyaringan mahasiswa, TPA juga digunakan dalam penyeleksian Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Di kalangan peserta tes CPNS, TPA kerap disebut psikotest.

 

Penyelenggara TPA

Penyelenggara tes TPA adalah:

 

1) Program Pascasarjana Universitas tertentu secara independen

2) Unit Pelayanan Penyelenggaraan Tes Potensi Akademik (UPP-TPA) Bappenas bekerjasama dengan Program Pascasarjana Universitas tertentu (sebagai penanda kerjasama penyelenggaraan tes TPA ini, maka TPA-nya sering disebut sebagai TPA OTO Bappenas)

3) Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) dalam koordinasi Pusat Layanan Test Indonesia (TPA-nya dikenal sebagai TKDA, yakni singkatan dari Test Kemampuan Dasar Akademik).

 

Biaya TPA

Biaya TPA OTO Bappenas berkisar antara Rp. 250.000 hingga Rp.1.200.000 tergantung lokasi.

Biaya TKDA HIMPSI: Rp 330.000 (tahun 2021).

 

Soal TPA

Tes verbal berfungsi untuk mengukur kegesitan mental seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, tes pengelompokan kata, tes logika umum, tes analisis pernyataan dan kesimpulan (silogisme), serta tes logika cerita. Terkadang tes verbal juga dikombinasikan dengan figural yang mewakili hubungan antar kata tersebut.

Tes angka berfungsi mengukur kegesitan mental seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita. Dalam tes aritmatika ini, terkadang muncul soal-soal seperti luas lingkaran, luas bidang dll.

Tes figural berfungsi mengukur kegesitan mental seseorang berurusan dengan gambar, simbol dan diagram. Tes ini meliputi tes logika diagram. Selain tes logika diagram, tes figural meliputi tes bayangan benda di cermin horisontal maupun cermin vertikal, tes hubungan gambar, serta tes deret gambar dimana peserta tes diminta untuk menentukan deret gambar selanjutnya.

Soal TPA OTO Bappenas terdiri atas 250 soal dengan waktu pengerjaan 3 jam. Soal dibagi dalam 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal, tes numerik, dan tes penalaran.

Soal TPA HIMPSI terdiri atas 130 soal dengan waktu pengerjaan 90 menit. Soal terbagi atas 3 subtes, yaitu tes kemampuan verbal, tes kemampuan numerik dan tes kemampuan figural.

 

Skor TPA

Rentang nilai TPA adalah dari 200 hingga 800. Nilai TPA rerata nasional adalah 500 dan nilai TPA rerata penerima beasiswa Proyek DUE (1997, 1998 dan 1999) adalah 550. Rentang nilai TPA minimum untuk lolos saringan seleksi S2 adalah 450-500 dan untuk lolos saringan seleksi S3 adalah 550-600.[1] Bagi dosen baru, untuk memperoleh NIDN (Nomor Induk Dosen Nasional), TPA terendah adalah 530. Setiap kampus atau instansi biasanya memiliki kebijakan sendiri dalam menetapkan skor minimum. Baik untuk keperluan pendidikan (S1, S2, S3) ataupun untuk keperluan karir (kenaikan jabatan).

Mengapa harus tahu cara menghitung skor?

Setiap kali kamu latihan, kamu dapat menghitung jumlah soal yang dijawab dengan benar. Kamu dapat mengukur apakah kamu sudah mencapai batas target atau belum. Dengan begitu, kamu dapat mempersiapkan diri dan terus meningkatkan nilai.

 

Batas Lulus Skor TPA

Bappenas menetapkan rentang skor adalah 200-800. Namun batas nilai yang dibutuhkan untuk lulus ditetapkan oleh lembaga yang mengadakan tes tersebut.

Misalnya, kamu mendaftar S-2 di Universitas Gadjah Mada (UGM), maka pihak universitas yang menetapkan nilai minimal untuk lulus, meskipun tes diselenggarakan oleh Bappenas.

Rata-rata skor yang dibutuhkan untuk S-2 adalah 450-500, sedangkan S-3 adalah 550-600. Seseorang dengan skor 500 dianggap sudah memiliki kemampuan rata-rata.

Skor TPA dari Bappenas berlaku sampai 2 tahun sejak tanggal tes. Skor ini tidak dapat diperpanjang. Jika sudah habis masa berlakunya, kamu harus mengikuti tes kembali.

 

Trik Mendapat Skor TPA Maksimal

Agar kamu dapat meraih skor semaksimal mungkin, kamu harus mengetahui triknya. Soal-soal TPA memang tidak dirancang untuk dijawab semua.

Artinya, kamu harus memprioritaskan soal-soal yang mudah dan pasti bisa dikerjakan dengan benar. Contohnya soal pada Tes Numerik. Kamu diberi waktu 60 menit untuk 90 soal. Artinya kamu harus mengerjakan 40 detik/soal. Gunakan 20 detik pertama untuk membaca dan menentukan apakah soal tersebut dapat dikerjakan. Kalau sulit, kamu dapat melanjutkan ke soal berikutnya. Pasalnya skor dihitung dari jumlah soal yang dikerjakan dengan benar.

Kamu juga perlu memperhatikan jumlah peserta yang mendaftar. Jika pendaftar tidak terlalu banyak, kamu dapat menargetkan 70 persen jawaban benar. Namun jika pendaftar mencapai ribuan jumlahnya, kamu harus menetapkan target 80 persen jawaban benar agar lebih unggul.

 

Tes Logika

 

Pilihlah kesimpulan paling logis dari pernyataan-pernyataan yang diberikan

Soal


1. Setiap siswa dikelas X memiliki kalkulator grafik. Setiap orang yang memiliki kalkulator grafik mengerti tentang fungsi trigonometri. Roni adalah siswa kelas X. Jadi...

a. Roni tidak memiliki kalkulator grafik

b. Roni mengerti tentang fungsi trigonometri

c. Roni belum tentu memiliki kalkulator grafik

d. Roni belum tentu mengerti tentang fungsi trigonometri

e. Roni mengerti tentang fungsi trigonometri tetapi tidak memiliki kalkulator

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Setiap siswa dikelas X memiliki kalkulator grafik. Setiap orang yang memiliki kalkulator  grafik mengerti tentang fungsi trigonometri. Roni mengerti tentang fungsi trigonometri

Jawaban: b. Roni mengerti tentang fungsi trigonometri

 

2. Semua karyawan diberi cuti. Sebagian karyawan diberi pesangon. Jadi...

a. Semua karyawan diberi cuti dan pesangon

b. karyawwan yang diberi cuti biasanya diberi pesangon

c. Sebagian karyawan diberi cuti dan pesangon

d. Karyawanyang diberi pesangon psti diberi cuti

e. Karyawan tidak diberi cuti dan pesangon

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Semua karyawan diberi cuti. Semua karyawan diberi pesangon. Maka, kesimpulannya Sebagian karyawan diberi cuti dan pesangon

Jawaban: c. Sebagian karyawan diberi cuti dan pesangon

 

3. Suatu keluarga memiliki beberapa cucu, diantaranya Nita, Finda, Fandi, Fano, dan  yang lainnya. Niita lebih tua dari pada Fandi, dan Finda lebih muda dari pada Fano.

Jika Finda lebih muda dari pada Fandi, manakah pernyataan yang tidak benar?

a. Fano lebih muda dari pada nita

b. Fano lebih muda dari pada Fandi

c. Fandi lebih muda dari pada Fano

d. Nita usianya sama dengan Fano

e. Nita lebih muda dari pada Finda

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Nita lebih tua dari pada Fandi dan Finda lebih tua dari pada Fano. Maka, berlaku Finda lebih tua dari pada Fandi. Jad jawaban E tidak tepat.

Jawaban: e. Nita lebih muda dari pada Finda

 

Pilihlah kata yang mempunyai arti sama atau paling dekat dengan kata yang dicetak kapital.

 

Contoh Soal

 

1. BAKA

a. Sebentar

b. Selamanya

c. Abadi

d. Elaborasi

e. Bertahan lama

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Baka=kekal,abadi

Jawaban: c. Abadi

 

2. KANAKA

a. Sering

b. Manusia

c. Hewan

d. Jarang

e. Serius

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Kanaka:manusia

Jawaban: b. Manusia

 

3. KAFI

a. Mapan

b. Menetap

c. Lengkap

d. Berpindah

e. Sesusai urutan

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Kafi:lengkap

Jawaban: c. lengkap

 

4. ACUAN

a. Pegangan

b. Pedoman

c. Pemacu

d. Rujukan

e. Pendorong

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Acuan:pedoman

Jawaban: b. pedoman

 

5. RATIFIKASI

a. Pembukaan

b. Penciptaan

c. Penutupan

d. Pembahasan

e. Pengesahan

Pembahasan Tes Potensi Akademik Bappenas:

Ratifikasi:pengesahan

Jawaban: e. pengesahan

 

Tes Verbal

 

Tes Padanan Hubungan

 

soal 1

   Supir:Mobil

a. Pesawat:Pilot

b. Kuda:Pedati

c. Masinis:Kereta Api

d. Delman:Kusir

e. Pilot:Masinis

 

soal 2

   Pikiran:Otak

a. Buku:Printer

b. Kata-kata:Lisan

c. Komputer:Ketikan

d. Awan:Langit

e. Hujan:Uap

 

Soal 3

  Pari:Ikan

a. Gandum:Teri

b. Sepeda motor:Bensin

c. Pedati:Kuda

d. Hand phone:Baterai

e. Tape mobil:Accu

 

Soal 4

 TANGGA : ESKALATOR =

a. Sepeda : motor

b. Sendal : sepatu

c. Peci : mukena

d. Bangsa : negara

e. Foto :  figuran

 

Soal 5

Dompet : Uang

A.Gunung : Harimau

B.Tas sekolah : Buku

C.Laut : Garam

D.Burung : Sangkar

E.Kandang : Ayam

No comments:

Post a Comment

Stis Potensi Tes Akademik

Tahap 4: tes kesehatan nama lainnya medical check-up. tes kesehatan stis terbilang melingkupi aspek kesehatan yang lengkap. ada tes urin, t...